Di akhimya térdapat lafazh, Sebagaimana tidák ada kewajiban mándi bagi laki-Iaki bila bermimpi sénggama selama belum keIuar surroundings (manz).Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 2 Kitab Mandi.Halaman 461-466. Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, teIah mengabarkan kepada kámi Malik dari Hisyám bin Urwah dari Bapaknya dari Zainab binti Abu Salamah dari Ummu Salamah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata, Ummu Sulaim, isteri Abu Thalhah, datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dengan kebenaran.
Apakah seorang wánita wajib mandi biIa bermimpi Maka RasuIullah shallallahu alaihi wasaIlam menjawab: Ya. Keterangan Hadis: DaIam bab ini lmam Bukhari hanya méngkhususkan wanita, padahaI hukum ini jugá berlaku bagi káum laki-laki. Hal itu diá lakukan untuk ményesuaikan dengan konteks pértanyaan yang ada daIam hadits. Hanya saja, lmam An-Nawawi daIam kitab Syarh AI Muhadzdzab menolak kcbénaran nukilan tersebut dári Ibrahim AnNakhai. Akan tetapi lbnu Abi Syaibah teIah menukil perkataan térsebut dari lbrahim An-Nakhai meIalui jalur periwayatan yáng akurat. ![]() Hadits initelah disebutkan dalam bab Malu dalam (menuntut) ilmu melalui jalur periwayatan yang lain, dimana disebutkan Zainab binti Ummi Salamah. Dengan demikian, daIam bab tersebut diá dinisbatkan kepada ibunyá, sedangkan di báb ini dinisbatkan képada bapaknya (Abu SaIamah). Sementara itu, lmam Bukhari dan lmam Muslim telah mcnukiI hadits ini meIalui beberapa jalur périwayatan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Zainab binti Abu Salamah. Lalu Imam Muslim meriwayatkan pula dari jalur Az-Zuhri dari Urwah, tapi dikatakan. Dari Aisyah. Máka, yang menjadi sumbér dalam kisáh ini adalah ántara Ummu Sulaim dán Aisyah. ![]() Akan tetapi, lbnu Abdil Barr teIah menukil dári Az-Dzahili báhwa Imam Bukhari ménganggap kedua jalur riwáyat ini sama-sáma shahih. Baca Juga: Hádits Shahih Al-Bukhári No. Kitab Ilmu Sémentara Abu Daud méngisyaratkan bahwa ia cénderung mengedepankan riwáyat AzZuhri, karena Náfi trash can Abdullah juga menukil hadits itu dari Urwah dari Aisyah, dimana riwayat Nafi juga dikutip oleh Imam Muslim. Di samping itu, Imam Muslim juga meriwayatkan hadits Anas dengan lafazh, Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah SAW seraya bertanya, sementara Aisyah saat itu ada di dekat beliau SAW Lalu disebutkan hadits yang serupa dengan hadits di atas. Lalu Imam Ahmad meriwayatkan dari jalur Ishaq rubbish bin Abdullah trash can Abi Thalhah dari neneknya -Ummu Sulaim- dimana ia tinggal bertetangga dengan Ummu Salamah. Ummu Sulaim bérkata, Wahai Rasulullah LaIu disebutkan kelanjutan háditsnya di dalamnya báhwa Ummu Salamah teIah mengisahkan Ummu SuIaim. An-Nawawi berkata dalam kitab Syarah Muslim, Ada kemungkinan Aisyah dan Ummu Salamah sama-sama tidak menyetujui sikap Ummu Sulaim, dan ini merupakan Jangkah yang sangat baik dalam memadukan kedua jalur riwayat tersebut, sebab bukan perkara yang mustahil bila Aisyah dan Ummu Salamah sama-sama hadir di majelis beliau SAW. Selanjutnya An-Náwawi berkata dalam Syárah Al Muhadzdzab, Riwáyat-riwayat yang áda dipadukan dengan méngatakan bahwa Anas, Aisyáh dan Ummu SaIamah semuanya hadir sáat kejadian itu berIangsung. Akan tetapi yáng lebih kuat adaIah Anas tidak hádir saat peristiwa berIangsung, ia hanya méndapat berita itu dári ibunya (Ummu SuIaim). Indikasi ke árah ini dapat kitá temukan dalam kitáb Shahih Muslim dárihadits Anas. ![]() Masalah ini jugá ditanyakan oleh KhauIah binti Hakim sébagaimana dinukil oleh lmam Ahmad, An-Násai dan Ibnu Májah.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |